Banyak cerita legenda yang berkembang dan tersebar di seluruh Indonesia. Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku dan budaya menyebabkan negara ini memiliki banyak cerita legenda. Setiap daerah pasti memiliki sedikitnya satu legenda yang telah dipercaya menjadi bagian dari sejarah. Keanekaragaman legenda menjadi suatu hal yang menarik dan memang layak untuk dijadikan edukasi. cerita legenda adalah sebuah cerita yang telah dipercaya oleh penduduk bahwa cerita tersebut benar-benar terjadi. Cerita yang dipercaya benar-benar terjadi tersebut mencakup cerita terjadinya suatu daerah, suatu benda dan sejenisnya, ataupun yang berhubungan dengan biografi seorang tokoh.
Suku Batak yang tinggal di Pulau Samosir masih memegang teguh kepercayaan leluhur. Mereka juga masih menjalankan berbagai ritual yang biasa dilakukan nenek moyang dahulu. Bagi masyarakat Batak setempat, danau toba menjadi tempat bersemayamnya tujuh dewi suku Batak atau yang biasa disebut dengan Namborru. Setiap kali hendak melakukan kegiatan di sekitar danau, masyarakat akan berdoa dan meminta izin terlebih dahulu agar acara mendapat berkah dan acara dapat berjalan dengan lancar. Danau Toba juga menyimpan kisah legenda ikhwal asal muasal terbentuknya danau. Dari cerita rakyat yang beredar, terbentuknya Danau Toba terkait dengan kisah keluarga manusia dan putri jelmaan ikan.
Dikisahkan, pada zaman dahulu ada seorang pemuda memancing di sungai dan mendapatkan seekor ikan. Anehnya, ikan tangkapan itu bisa berbicara dan memohon agar tidak dimasak. Ikan tersebut kemudian berubah menjadi perempuan yang sangat cantik bernama Toba, dan keduanya pun menikah. Namun, ada satu permintaan Toba yang tak boleh dilanggar pemuda itu. Tak boleh ada seorang pun yang tahu tentang siapa sebenarnya Toba. Pernikahan mereka berjalan baik-baik saja sampai mereka memiliki seorang anak laki-laki bernama Samosir yang nakal dan selalu merasa lapar.
Baca Juga : Terinspirasi Mitos di Indonesia Disney Rilis First Look Raya and The Last Dragon
Pada suatu hari, Samosir ditugaskan mengirim makanan untuk ayahnya di ladang, tetapi makanan yang dibawanya malah dimakan di jalan. Sang ayah yang merasa lapar akhirnya memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanannya ia melihat Samosir sedang makan bekal miliknya. Dalam kondisi sangat marah, tak sengaja ia memarahi Samosir dan mengatakan bahwa ia adalah anak ikan. Seketika itu juga langit gelap dan hujan turun dengan deras.Air juga keluar dari bawah tanah yang membuat perkampungan terendam air. Toba dan Samosir tiba-tiba hilang saat perkampungan berubah menjadi lautan air. Danau Toba dan Pulau Samosir diyakini sebagai perwujudan siluman ikan dan anaknya.
Asal usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, sebuah cerita rakyat Jawa Barat yang paling terkenal. Legenda yang mengisahkan cerita Sangkuriang yang menjadi asal muasal terbentuknya gunung Tangkuban Perahu yang sangat terkenal sebagai objek wisata di Jawa Barat. Dikisahkan Sangkuriang jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati. Dayang Sumbi pun mengajukan dua syarat. Pertama, Sangkuriang harus membendung sungai Citarum, dan syarat kedua, Sangkuriang harus membuat sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan tapa, mengumpulkan kesaktian dan mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan membendung sungai. Dayang Sumbi yang diam-diam mengintip pekerjaan tersebut merasa cemas. Dayang Sumbi menggelar selendang sutra merah, lalu berdoa pada dewa di kahyangan untuk membantunya. Selendang merah itu terbang ke arah Timur, dan menutup sebagian langit. Orang-orang mengira matahari sudah terbit di ufuk karena langit sudah memerah. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Malin Kundang adalah legenda yang berasal dari provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Pantai Aia Manih atau Pantai Air Manis merupakan pantai yang terkenal di Sumatera Barat, berjarak sekitar sepuluh kilometer dari Kota Padang. Hal yang membuat pantai ini terkenal adalah karena Pantai Aia Manih dipercaya sebagai tempat terjadinya cerita rakyat Malin Kundang. Banyak orang yang mempercayai hal itu karena ada sebuah batu yang dianggap sebagai bukti terjadinya cerita rakyat ini. Batu yang dipercaya sebagai bukti terjadinya cerita rakyat Malin Kundang adalah batu yang berbentuk seperti orang yang sedang bersujud.
Zaman dahulu kala ada sebuah cerita di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di Padang, Sumatera Barat. Ada seorang ibu yang sudah ditinggal mati suaminya bernama Mande Rubayah yang hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi. Saat Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk pergi.
Hari demi hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut. Singkat cerita Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dahulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah bahwa anaknya kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya dan sedang merapat di pantai. Setelah melihat sepasang suami istri yang keluar dari kapal itu, Mande Rubayah yang yakin bahwa laki-laki yang keluar dari kapal adalah Malin Kundang, langsung memeluknya.
Namun, Malin Kundang yang melihat wanita tua dan berpakaian lusuh langsung mendorongnya, terlebih istri Malin Kundang tidak percaya kalau wanita tadi adalah ibu Malin Kundang. Mande Rubayah pun menangis dan memohon kepada Malin untuk mengakui ibunya tetapi Malin dan istrinya segera pergi menggunakan kapalnya yang megah. Karena merasa sakit hati, Mande Rubayah berdoa sambil mengangkat tangannya, yaitu kalau laki-laki tadi memang bukan anaknya, maka ia meminta maaf atas perbuatannya. Namun, kalau laki-laki tadi adalah Malin Kundang, maka ia meminta keadilan atas apa yang sudah diperbuat oleh Malin Kundang. Setelah Mande Rubayah selesai berdoa, langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap dan hujan turun dengan sangat lebat. Badai besar menghantam kapal Malin Kundang hingga hancur berkeping-keping dan terbawa ombak sampai ke pantai.
Nah, setelah badai reda dan Matahari kembali bersinar keesokan paginya, ditemukan kepingan kapal yang sudah menjadi batu dan sebongkah batu yang terlihat seperti tubuh manusia yang sedang bersujud. Batu ini kemudian dipercaya sebagai tubuh Malin Kundang yang terkena kutukan ibunya karena apa yang dilakukannya terhadap Mande Rubayah.
Baca Juga :