Hari Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL) berawal dari hak dan kehormatan untuk perempuan di militer, Pembentukan Kowal mempunyai tujuan untuk memberikan hak dan kewajiban untuk menghormati wanita Indonesia dalam rangka penyempurnaan dan efisiensi organisasi.
Kaum wanita kerap dipandang sebelah mata sehingga tidak terlihat potensi yang sebenarnya para perempuan juga bisa turut andil dalam berbagai bidang, termasuk di kancah militer atau ketentaraan.
Pendidikan Kowal angkatan pertama diikuti 12 orang, dan mereka kemudian dilantik menjadi Perwira Kowal, resmi pada 5 Januari 1963. Ini adalah hari yang merupakan cikal bakal kelahiran Hari Korps Wanita Angkatan Laut atau KOWAL dan terus diperingati hingga kini.
Tanggal 26 Juni 1962, Laksamana TNI R.E. Martadinata selaku Menteri dan Panglima Angkatan Laut mengeluarkan Surat Keputusan mengenai pembentukan KOWAL untuk memberikan hak dan kewajiban, serta kehormatan kepada wanita Indonesia yang ingin bergabung di bidang kemiliteran.
Kemudian, pada Juli 1961, beberapa Perwira Staf Pendidikan TNI-AL pergi ke Markas Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat di Bandung. Di sana mereka belajar tentang Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD) yang telah lahir pada 22 Desember 1960.
Pada 1 Mei 1963, dilakukan upacara penaikan bendera Merah Putih dan penurunan bendera PBB di Hollandia, upacara ini sekaligus menandai serah terima kekuasaan di Irian Barat dari Otoritas Pemerintahan Peralihan PBB (UNTEA/United Nations Temporary Executive Authority) kepada pemerintah Indonesia.
Irian Barat merupakan wilayah pertama bagi Kowal dari Angkatan pertama. Maka wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah lengkap sesuai hasil Konferensi Meja Bundar pada 1949. lalu di kirimkan 12 orang Perwira Inti Kowal yang mendapat tugas kehormatan sebagai anggota pengibar bendera Merah Putih di Irian Barat.
Letnan Lousie E. Coldenhoff bersama rekan-rekannya kemudian berangkat menuju Irian Barat menggunakan pesawat singgah terlebih dahulu di Merauke. Selama berada di Merauke, mereka berlatih baris berbaris. Setelah itu, mereka berangkat ke Irian Barat dan menerima perintah untuk mengibarkan bendera Merah Putih saat upacara serah terima Irian Barat dari UNTEA, Menjelang hari pelaksanaan, seorang Kolonel dari Angkatan Darat menginformasikan bahwa Letnan Lousie E. Coldenhoff harus menghadap Presiden Ir Soekarno, Secara mengejutkan, rekannya pun ditunjuk sebagai pengibar bendera.
Pada hari H, tiga bendera harus dikibarkan, yaitu bendera PBB, bendera Belanda, dan bendera Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai wujud penghormatan dari bangsa Indonesia kepada bangsa Belanda yang telah menyerahkan Irian Barat kepada PBB dan dilanjutkan diserahkan oleh PBB kepada bangsa Indonesia, keesokan harinya, Presiden Soekarno berpidato di hadapan ribuan masyarakat Irian Barat.