Pada bulan Oktober 2021 ini, sejumlah fenomena menarik akan menghiasi langit Indonesia baik di siang maupun malam hari. Empat puncak hujan meteor akan meramaikan pemandangan langit sepanjang Oktober ini.
Aphelion Venus : 3 Oktober 2021 Aphelion adalah konfigurasi ketika planet berada di titik terjauh dari Matahari. Hal ini disebabkan oleh orbit planet yang berbentuk elips dengan Matahari terletak di salah satu dari kedua titik fokus orbit tersebut, terjadi setiap rata-rata 225 hari sekali atau dalam lima tahun terjadi delapan kali, terjadi pada 3 Oktober 2021 pukul 11.07 WIB., dengan jarak 108.942.000 km dari Matahari.dan akan terjadi kembali pada 15 Mei dan 26 Desember 2022.
Konjungsi Solar Mars: 8 Oktober 2021 merupakan konfigurasi ketika Mars, Matahari dan Bumi berada pada satu garis lurus. Puncaknya terjadi pada 8 Oktober pukul 11.29 WIB.Mars berjarak 243.738.000 km dari Matahari dengan magnitudo +1,65. Sayangnya, fenomena ini tidak bisa dilihat sebab, terjadi tepat di siang hari di saat Matahari bersinar terang.
Fenomena hujan meteor Draconid yang terkenal dengan variasi intensitasnya dan pernah memproduksi beberapa badai meteor (hampir 1.000 meteor per jam). Puncak dari fenomena hujan meteor ini bisa disaksikan sepanjang malam sejak pukul 20.00 hingga terbitnya fajar, pada 8 Oktober 2021.
Konjungsi Bulan - Venus: 9 Oktober 2021 adalah peristiwa penampakan Bulan dan planet Venus akan nampak dalam satu garis lurus jika dilihat dari Bumi. Fenomena ini terjadi di kala senja setelah terbenamnya Matahari, pada 9 Oktober 2021.
Konjungsi Inferior Merkurius: 9-10 Oktober 2021, terjadi ketika Bumi, Merkurius dan Matahari berada pada satu garis lurus. Konjungsi inferior sama seperti fase Bulan baru pada Bulan, sehingga Merkurius tidak tampak baik ketika senja maupun fajar. menandai pergantian ketampakan Merkurius dari senja ke fajar. Konjungsi inferior kali ini terjadi pada tanggal 9 Oktober 2021 pukul 23.11 WIB dengan sudut pisah 1,9 derajat.
Merkurius ketika fajar: 17 Oktober 2021, Merkurius teramati kembali ketika fajar sejak tanggal 17 Oktober saat awal fajar bahari dari arah timur selama 20 menit dan dekat konstelasi Virgo. Magnitudo Merkurius sebesar +1,16 dan Merkurius berjarak 46.460.000 km dari Matahari.
Puncak hujan meteor Epsilon Geminid: 18-19 Oktober 2021 adalah hujan meteor yang titik radian (asal kemunculan meteor)-nya terletak di konstelasi Gemini dekat bintang Epsilon Geminorium. Fenomena ini aktif sejak 14 hingga 27 Oktober, dan intensitas maksimumnya terjadi pada 19 Oktober 2021 pukul 05.00 WIB.
Puncak hujan meteor Orionid: 20 Oktober 2021 adalah hujan meteor yang terkenal karena meteor-meteornya bersumber dari remah-remahan komet Halley yang legendaris. Meteor-meteor Orionid memasuki atmosfer Bumi pada kecepatan 67 km/detik. Hujan meteor ini bisa disaksikan sejak tengah malam hingga terbitnya fajar.
Perihelion Merkurius: 20 Oktober 2021 Perihelion adalah konfigurasi ketika planet berada di titik terdekat dari Matahari. Disebabkan oleh orbit planet yang berbentuk elips dengan Matahari terletak di salah satu dari kedua titik fokus orbit tersebut, terjadi setiap rata-rata 88 hari sekali atau dalam setahun terjadi empat kali. Kali ini terjadi pada 20 Oktober 2021 pukul 06.51 WIB, dengan jarak 46 juta kilometer dari Matahari. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 16 Januari, 14 April, 11 Juli dan 7 Oktober 2022.
Puncak hujan meteor Leonis: 25 Oktober 2021 adalah hujan meteor yang titik radiannya terletak di konstelasi Leo Minor, dekat konstelasi Leo. Hujan meteor ini aktif sejak 19 hingga 27 Oktober, intensitas maksimumnya terjadi pada 25 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB saat titik radiannya berada di zenit sebesar 3 meteor per jam.. Dapat disaksikan dari arah Timur Laut sejak pukul 03.00 hingga 20 menit sebelum terbit Matahari.
Konjungsi Bulan - Pollux: 28 Oktober 2021 Pollux merupakan bintang utama di konstelasi Gemini. Bintang ini berkonjungsi dengan Bulan, puncaknya terjadi pada pukul 03.40 WIB dengan sudut pisah 2,1°. Fenomena ini sudah dapat disaksikan dari arah timur laut hingga utara sejak tengah malam hingga 20 menit sebelum terbit Matahari dengan sudut pisah 2,1°-2,5°. Bulan berfase sabit akhir dengan iluminasi 60,2 persen -59,4 persen sedangkan Pollux bermagnitudo +1,15.